Bikin Bangga, Ini 4 Film Lokal Yang Bersinar di Festival Internasional!

Kalau kamu selama ini belum tertarik sama film lokal karena merasa ragu sama kualitasnya, kamu wajib nonton film-film lokal yang eksis di banyak festival internasional ini. Dijamin, bukan cuma jadi jatuh cinta sama film nasional, tapi juga makin bangga sama perfilman Indonesia. Bingung mau mulai nonton film yang mana? Ini rekomendasinya! 

Laut Memanggilku

Durasinya cuma sekitar 18 menit, tapi karya Tumpal Tampubolon ini berhasil menyentuh hati, meninggalkan kesan yang dalam setelah film berakhir. Bercerita tentang Sura, si anak sebatang kara, yang menemukan sampah boneka seks di pinggir pantai. Apa yang dilakukan Sura berikutnya sungguh di luar nurul. Nggak terduga banget.

 

Pantas aja kalau film ini eksis di berbagai festival film nasional dan internasional. Bahkan, Laut Memanggilku berhasil membawa pulang berbagai penghargaan, di antaranya Best Short Film dari Busan International Film Festival 2021,Best Short Film dari Festival Film Indonesia 2021, Best Short Narrative dari Dumbo Film Festival2022, Best Cinematography dari Desenzano Film Festival 2022, danBest Director French Riviera Film Festival 2022.

 

Baca juga: JAFF18 Indonesian Shorts Selection, 5 Film Karya Sutradara Muda

 

One Big Sumba Family

Mau tau dinamika keluarga yang berisi 1 suami, 12 istri, dan 52 anak yang tinggal di Sumba? Lewat film ini kamu bakal melihat Sumba dari kacamata yang lain. Di balik keindahan alamnya, ada kemiskinan dan realita lain yang bakal bikin kita melihat sesuatu dari dua sisi.

 

Film karya Tonny Trimarsanto ini merupakan film dokumenter yang menceritakan POV Martha, menantu dari MD Raya yang memiliki 12 istri. Suaminya, Adiadalah anak pertama dari istri kedua belas MD Raya yang lagi kuliah di Malang. Martha harus bekerja untuk keluarga MD Raya sambilmenunggu suaminya pulang ke rumah. Kepulangan Adi diyakini bisa menaikkan lagi harga diri keluarga besar ini sejak MD Raya tidak lagi menjadi kepala desa.

 

 

Film ini berhasil menjadi salah satu Nominasi Film Dokumenter Panjang Terbaik Piala Citra 2023,Nominasi Jakarta Film Week 2023, dan Nominasi Kategori Panjang Indonesia dari Festival FilmDokumenter 2023.

Help Is on the Way

Realita di balik perempuan yang mengadu nasib sebagai PMI (Pekerja Migran Indonesia) dibongkar dalam film dokumenter karya Ismail Fahmi Lubis ini. Bercerita tentang perempuan-perempuan yang ingin mengubah nasib jadi lebih baik dengan menjadi pengasuh manula di Taiwan.

 

Film ini menggambarkan beratnya beban yang ditanggung perempuan dari keluarga dengan status ekonomi rendah. Demi perbaikan ekonomi keluarga, mereka nekat bekerja di luar negeri dan rela menjalani proses rekruitmen yang sulit serta melelahkan.

 

Beberapa penghargaan yang berhasil diraih film ini adalah Nominee Asian Vision

 

Competition Taiwan International Documentary Film Festival 2020, Film Dokumenter Terbaik Festival Film Indonesia 2019, Nominee Best Editing Asian AcademyCreative Award2020,Nominee Best Documentary ProgrammeAsian Academy CreativeAward2020, dan NomineeBest DocumentaryPiala Maya 2021.

Sepatu Baru

Begini nih perjuangan seorang anak perempuan yang tinggal di perkampungan kumuh demi bisa pakai sepatu baru. Segala cara ia lakukan, termasuk melakukan salah satu mitos untuk menghentikan hujan supaya nggak ada air yang tergenang di lingkungan rumahnya, terus bisa pakai sepatu baru deh. Film pendek karya Aditya Ahmad ini bisa nyadarin kita kalau satu hal sederhana buat kita, bisa jadi adalah sesuatu yang berharga sekali buat orang lain.

 

 

Sepatu Baru eksis banget di festival film berbagai negara. Beberapa di antaranya adalahSpecialMention Award Short Film JAFF 8th tahun 2013, SpecialMention Award at Generation SectionBerlin International Film Festival64th tahun 2014, Best Narrative Short Film di XXI Short Film Festival 2014, South East Asian Best Director di 25th Singapore International Film Festival2014, hingga Best Live Action Short Film di 2ndSeoul dan Guro International Kids Film Festival 2014.

Banyak Film Lokal Baru!

Selain keempat film di atas, jangan ketinggalan juga untuk menonton kompilasi JAFF 18: Indonesian Shorts Selection yang yang dikemas dengan unik danfresh, seperti Passing, Semesta, dan Trauma Kuntilanak.Di program post-festival kerjasama Bioskop Online dengan JAFF18 ini kamu bisa menyaksikan 5 film pendek Indonesia yang terpilih dari berbagai program yang tayang di JAFF18. Di antaranya adalah Program Emerging, Asian Perspective Short, dan Nocturnal. 

 

 

Sebagai Rumah Sinema Indonesia yang menjadi wadah keberagamanfilm lokal, Bioskop Online juga punya berbagai film lokal baru! Ada film 25 Hari di Eropa, DieAlone, Hunger, Taruh Nyawa, Bus Om Bebek, Shohibul, dan Tanggal Selamat Tinggal.

(Isma)

Bagikan artikel ini:

Rekomendasi

Bikin Bangga, Ini 4 Film Lokal Yang Bersinar di Festival Internasional!

Kalau kamu selama ini belum tertarik sama film lokal karena merasa ragu sama kualitasnya, kamu wajib nonton film-film lokal yang eksis di banyak festival internasional ini. Dijamin, bukan cuma jadi jatuh cinta sama film nasional, tapi juga makin bangga sama perfilman Indonesia. Bingung mau mulai nonton film yang mana? Ini rekomendasinya! 

Laut Memanggilku

Durasinya cuma sekitar 18 menit, tapi karya Tumpal Tampubolon ini berhasil menyentuh hati, meninggalkan kesan yang dalam setelah film berakhir. Bercerita tentang Sura, si anak sebatang kara, yang menemukan sampah boneka seks di pinggir pantai. Apa yang dilakukan Sura berikutnya sungguh di luar nurul. Nggak terduga banget.

 

Pantas aja kalau film ini eksis di berbagai festival film nasional dan internasional. Bahkan, Laut Memanggilku berhasil membawa pulang berbagai penghargaan, di antaranya Best Short Film dari Busan International Film Festival 2021,Best Short Film dari Festival Film Indonesia 2021, Best Short Narrative dari Dumbo Film Festival2022, Best Cinematography dari Desenzano Film Festival 2022, danBest Director French Riviera Film Festival 2022.

 

Baca juga: JAFF18 Indonesian Shorts Selection, 5 Film Karya Sutradara Muda

 

One Big Sumba Family

Mau tau dinamika keluarga yang berisi 1 suami, 12 istri, dan 52 anak yang tinggal di Sumba? Lewat film ini kamu bakal melihat Sumba dari kacamata yang lain. Di balik keindahan alamnya, ada kemiskinan dan realita lain yang bakal bikin kita melihat sesuatu dari dua sisi.

 

Film karya Tonny Trimarsanto ini merupakan film dokumenter yang menceritakan POV Martha, menantu dari MD Raya yang memiliki 12 istri. Suaminya, Adiadalah anak pertama dari istri kedua belas MD Raya yang lagi kuliah di Malang. Martha harus bekerja untuk keluarga MD Raya sambilmenunggu suaminya pulang ke rumah. Kepulangan Adi diyakini bisa menaikkan lagi harga diri keluarga besar ini sejak MD Raya tidak lagi menjadi kepala desa.

 

 

Film ini berhasil menjadi salah satu Nominasi Film Dokumenter Panjang Terbaik Piala Citra 2023,Nominasi Jakarta Film Week 2023, dan Nominasi Kategori Panjang Indonesia dari Festival FilmDokumenter 2023.

Help Is on the Way

Realita di balik perempuan yang mengadu nasib sebagai PMI (Pekerja Migran Indonesia) dibongkar dalam film dokumenter karya Ismail Fahmi Lubis ini. Bercerita tentang perempuan-perempuan yang ingin mengubah nasib jadi lebih baik dengan menjadi pengasuh manula di Taiwan.

 

Film ini menggambarkan beratnya beban yang ditanggung perempuan dari keluarga dengan status ekonomi rendah. Demi perbaikan ekonomi keluarga, mereka nekat bekerja di luar negeri dan rela menjalani proses rekruitmen yang sulit serta melelahkan.

 

Beberapa penghargaan yang berhasil diraih film ini adalah Nominee Asian Vision

 

Competition Taiwan International Documentary Film Festival 2020, Film Dokumenter Terbaik Festival Film Indonesia 2019, Nominee Best Editing Asian AcademyCreative Award2020,Nominee Best Documentary ProgrammeAsian Academy CreativeAward2020, dan NomineeBest DocumentaryPiala Maya 2021.

Sepatu Baru

Begini nih perjuangan seorang anak perempuan yang tinggal di perkampungan kumuh demi bisa pakai sepatu baru. Segala cara ia lakukan, termasuk melakukan salah satu mitos untuk menghentikan hujan supaya nggak ada air yang tergenang di lingkungan rumahnya, terus bisa pakai sepatu baru deh. Film pendek karya Aditya Ahmad ini bisa nyadarin kita kalau satu hal sederhana buat kita, bisa jadi adalah sesuatu yang berharga sekali buat orang lain.

 

 

Sepatu Baru eksis banget di festival film berbagai negara. Beberapa di antaranya adalahSpecialMention Award Short Film JAFF 8th tahun 2013, SpecialMention Award at Generation SectionBerlin International Film Festival64th tahun 2014, Best Narrative Short Film di XXI Short Film Festival 2014, South East Asian Best Director di 25th Singapore International Film Festival2014, hingga Best Live Action Short Film di 2ndSeoul dan Guro International Kids Film Festival 2014.

Banyak Film Lokal Baru!

Selain keempat film di atas, jangan ketinggalan juga untuk menonton kompilasi JAFF 18: Indonesian Shorts Selection yang yang dikemas dengan unik danfresh, seperti Passing, Semesta, dan Trauma Kuntilanak.Di program post-festival kerjasama Bioskop Online dengan JAFF18 ini kamu bisa menyaksikan 5 film pendek Indonesia yang terpilih dari berbagai program yang tayang di JAFF18. Di antaranya adalah Program Emerging, Asian Perspective Short, dan Nocturnal. 

 

 

Sebagai Rumah Sinema Indonesia yang menjadi wadah keberagamanfilm lokal, Bioskop Online juga punya berbagai film lokal baru! Ada film 25 Hari di Eropa, DieAlone, Hunger, Taruh Nyawa, Bus Om Bebek, Shohibul, dan Tanggal Selamat Tinggal.

(Isma)