Film Ziarah Masuk ke Program Spesial di Busan, Bangga!

Di website resminya, BIFF menjelaskan, kalau tahun ini Indonesia mendapatkan sorotan daari mereka karena belakangan ini menjadi pemain utama dalam industri film. Menurut BIFF, Indonesia sudah mendapatkan momentum dalam menghasilkan banyak film menawan dan sejak abad ke-21, sinema Indonesia, khususnya di bidang film independen, telah mengalami kebangkitan yang luar biasa. 

 

Itulah mengapa, tahun ini BIFF secara khusus merayakan bangkitnya film Indonesia lewat program bernama “Renaissance of Indonesian Cinema” yang dilaksanakan pada 4-13 Oktober 2023 di Busan, Korea Selatan. Menurut BIFF, Indonesia adalah salah satu negara dengan industri film yang mengalami pemulihan tercepat dari pandemi. “Film Indonesia mempunyai cerita dan potensi yang sangat kuat,” kata Programmer BIIF Park Sungho tentang alasan program Renaissance. Bangga nggak sih?! 

 
Perfilman Indonesia Makin Keren

Melihat pernyataan BIFF di website resminya tentang program Renaissance ini seperti  menambah rasa optimis kita kalau impian menjadi negara dengan ekosistem perfilman yang baik bukan mimpi kosong belaka ya, Guys. Film-film lokal yang masuk ke program ini memang berkualitas dan bikin bangga. Ada 15 judul karya sineas lokal yang tayang di program fokus ini, yang terdiri dari film pendek, film panjang, dan serial. 


Seperti namanya, program ini menunjukkan kebangkitan dari perfilman tanah air yang menampilkan film-film dengan karakternya yang sangat khas. Salah satunya adalah film Ziarah (2016), yang judul internasionalnya adalah Tales of The Otherwords, karya BW Purba Negara. BIFF memberikan spotlight pada Ziarah yang ceritanya berpusat pada seorang nenek berusia 95 tahun. Nenek bernama Mbah Sri ini dikisahkan telah hidup melalui masa-masa penuh gejolak mulai dari zaman Belanda dan Jepang, hingga kemerdekaan dan kudeta.


Baca juga: Road to JAFF18: Palembang, Bioskop Online Datang!

Ziarah Dapat Spotlight di Busan

Melihat pernyataan BIFF di website resminya tentang program Renaissance ini seperti  menambah rasa optimis kita kalau impian menjadi negara dengan ekosistem perfilman yang baik bukan mimpi kosong belaka ya, Guys. Film-film lokal yang masuk ke program ini memang berkualitas dan bikin bangga. Ada 15 judul karya sineas lokal yang tayang di program fokus ini, yang terdiri dari film pendek, film panjang, dan serial.


Seperti namanya, program ini menunjukkan kebangkitan dari perfilman tanah air yang menampilkan film-film dengan karakternya yang sangat khas. Salah satunya adalah film Ziarah (2016), yang judul internasionalnya adalah Tales of The Otherwords, karya BW Purba Negara. BIFF memberikan spotlight pada Ziarah yang ceritanya berpusat pada seorang nenek berusia 95 tahun. Nenek bernama Mbah Sri ini dikisahkan telah hidup melalui masa-masa penuh gejolak mulai dari zaman Belanda dan Jepang, hingga kemerdekaan dan kudeta.

Proses Syutingnya Maksimal

Film Ziarah memang pantas dapat spotlight di festival film internasional, selain ceritanya yang luar biasa, proses syutingnya pun maksimal. Demi proses syuting film Ziarah, pemain dan krunya benar-benar ziarah ke berbagai makam yang jadi lokasi syuting film Ziarah. Contohnya, di adegan Mbah Sri menaburkan bunga dan berdoa di makam itu. Malah mereka juga berziarah di pemakaman yang nggak diketahui banyak orang, dan makam-makam yang sudah nggak terlihat nisannya, seperti ke makam yang ‘tenggelam’ di Waduk Kedung Ombo, Grobogan, Jawa Tengah. 

 

Jadi, Waduk Kedung Ombo ini dibangun tahun 1980an dan selesai di tahun 1991 dengan menenggelamkan puluhan desa. Kalau Waduk Kedung Ombo lagi surut di musim kemarau, beberapa makam, perkampungan dan bekas pasar bisa muncul lagi ke permukaan. Gimana Guys, jadi pengen ke tempat lokasi syuting Ziarah kayak Waduk Kedung Ombo ini? Kalo belum bisa ke sana, tonton film Ziarah di Bioskoponline.com dulu, yuk!


(Isma)

Bagikan artikel ini:

Rekomendasi

Film Ziarah Masuk ke Program Spesial di Busan, Bangga!

Di website resminya, BIFF menjelaskan, kalau tahun ini Indonesia mendapatkan sorotan daari mereka karena belakangan ini menjadi pemain utama dalam industri film. Menurut BIFF, Indonesia sudah mendapatkan momentum dalam menghasilkan banyak film menawan dan sejak abad ke-21, sinema Indonesia, khususnya di bidang film independen, telah mengalami kebangkitan yang luar biasa. 

 

Itulah mengapa, tahun ini BIFF secara khusus merayakan bangkitnya film Indonesia lewat program bernama “Renaissance of Indonesian Cinema” yang dilaksanakan pada 4-13 Oktober 2023 di Busan, Korea Selatan. Menurut BIFF, Indonesia adalah salah satu negara dengan industri film yang mengalami pemulihan tercepat dari pandemi. “Film Indonesia mempunyai cerita dan potensi yang sangat kuat,” kata Programmer BIIF Park Sungho tentang alasan program Renaissance. Bangga nggak sih?! 

 
Perfilman Indonesia Makin Keren

Melihat pernyataan BIFF di website resminya tentang program Renaissance ini seperti  menambah rasa optimis kita kalau impian menjadi negara dengan ekosistem perfilman yang baik bukan mimpi kosong belaka ya, Guys. Film-film lokal yang masuk ke program ini memang berkualitas dan bikin bangga. Ada 15 judul karya sineas lokal yang tayang di program fokus ini, yang terdiri dari film pendek, film panjang, dan serial. 


Seperti namanya, program ini menunjukkan kebangkitan dari perfilman tanah air yang menampilkan film-film dengan karakternya yang sangat khas. Salah satunya adalah film Ziarah (2016), yang judul internasionalnya adalah Tales of The Otherwords, karya BW Purba Negara. BIFF memberikan spotlight pada Ziarah yang ceritanya berpusat pada seorang nenek berusia 95 tahun. Nenek bernama Mbah Sri ini dikisahkan telah hidup melalui masa-masa penuh gejolak mulai dari zaman Belanda dan Jepang, hingga kemerdekaan dan kudeta.


Baca juga: Road to JAFF18: Palembang, Bioskop Online Datang!

Ziarah Dapat Spotlight di Busan

Melihat pernyataan BIFF di website resminya tentang program Renaissance ini seperti  menambah rasa optimis kita kalau impian menjadi negara dengan ekosistem perfilman yang baik bukan mimpi kosong belaka ya, Guys. Film-film lokal yang masuk ke program ini memang berkualitas dan bikin bangga. Ada 15 judul karya sineas lokal yang tayang di program fokus ini, yang terdiri dari film pendek, film panjang, dan serial.


Seperti namanya, program ini menunjukkan kebangkitan dari perfilman tanah air yang menampilkan film-film dengan karakternya yang sangat khas. Salah satunya adalah film Ziarah (2016), yang judul internasionalnya adalah Tales of The Otherwords, karya BW Purba Negara. BIFF memberikan spotlight pada Ziarah yang ceritanya berpusat pada seorang nenek berusia 95 tahun. Nenek bernama Mbah Sri ini dikisahkan telah hidup melalui masa-masa penuh gejolak mulai dari zaman Belanda dan Jepang, hingga kemerdekaan dan kudeta.

Proses Syutingnya Maksimal

Film Ziarah memang pantas dapat spotlight di festival film internasional, selain ceritanya yang luar biasa, proses syutingnya pun maksimal. Demi proses syuting film Ziarah, pemain dan krunya benar-benar ziarah ke berbagai makam yang jadi lokasi syuting film Ziarah. Contohnya, di adegan Mbah Sri menaburkan bunga dan berdoa di makam itu. Malah mereka juga berziarah di pemakaman yang nggak diketahui banyak orang, dan makam-makam yang sudah nggak terlihat nisannya, seperti ke makam yang ‘tenggelam’ di Waduk Kedung Ombo, Grobogan, Jawa Tengah. 

 

Jadi, Waduk Kedung Ombo ini dibangun tahun 1980an dan selesai di tahun 1991 dengan menenggelamkan puluhan desa. Kalau Waduk Kedung Ombo lagi surut di musim kemarau, beberapa makam, perkampungan dan bekas pasar bisa muncul lagi ke permukaan. Gimana Guys, jadi pengen ke tempat lokasi syuting Ziarah kayak Waduk Kedung Ombo ini? Kalo belum bisa ke sana, tonton film Ziarah di Bioskoponline.com dulu, yuk!


(Isma)